Sampah hati

Jumat, April 23, 2010

Semua Bergantung Pada Cara Pandang Kita

Sebelum'a makasih banyak untuk abangku tercinta yg udah membuatku menangis setelah membaca tulisan ini.. Betapa aku tersadar selama ini ak belum bersyukur atas apa yg sudah aku punya.. Karna engkau telah menjelaskan kepadaku bahwa

"Semua Bergantung Pada Cara Pandang Kita"

"Kita tidak akan pernah merasa puas, apabila kita terus berpikir mengenai
apa yang tidak kita miliki, bukan apa yang sudah kita miliki."

Suatu kali kali seorang ayah dari keluarga yang sangat kaya mengajak
puteranya berjalan-jalan ke luar kota.

Dia ingin menunjukkan padanya betapa mungkinnya kemiskinan menimpa sekelompok orang.
Mereka tinggal beberapa hari dalam sebuah peternakan milik keluarga yang sangat miskin. 

Saat mereka pulang kembali ke rumah, sang ayah bertanya kepada puteranya :

"Bagaimana perjalanan kita barusan?"
"Menyenangkan, Ayah."
"Dapatkah kamu melihat betapa orang bisa menjadi miskin?"
"Oh, ya."
"Jadi, apa yang kamu peroleh dari perjalanan itu?"

Sang anak menjawab :
"Aku menyadari bahwa kita memiliki seekor anjing, dan mereka mempunyai empat ekor.
Kita memiliki sebuah kolam yang panjangnya sampai ke tengah lapangan, dan mereka mempunyai sebuah sungai kecil tanpa ujung. Pada malam hari kita memasang lampu buatan, dan mereka mengandalkan
bintang-bintang. Kita membeli makanan kita, tapi mereka menanamnya sendiri.
Kita dilindungi oleh tembok sekeliling kita untuk melindungi kita, tapi mereka memiliki teman-teman untuk menjaga mereka."

Kemudian dia menambahkan : "Terima kasih Ayah, karena kau telah menunjukkan padaku betapa miskinnya kita!"

Betapa sering kita lupa apa yang kita miliki dan memusatkan pikiran pada apa yang tidak kita miliki.
Sesuatu yang tak berharga bagi seseorang bisa jadi merupakan idaman orang lain.  Segalanya bergantung pada cara pandang kita.

Sumber : Abangku Tercinta

Jumat, Januari 01, 2010

Tahun Baru


Aku heran kawan,
Masehi bukanlah budayaku
namun seisi dunia rasanya tergugah
ada beberapa yang memberi aba
inilah tahun ketika kita instropeksi
bagiku teman, hisap adalah setiap hari,
bukan seabad sekali

Engkau lihatlah kawan
langit malam ini cerah megah
bintang-bintang mati diganti petasan warna-warni
tapi aku sakit hati kawan
betapa mereka mudah membeli semua itu
daripada mengulurkan tangannya menderma
Ada apa ini kawan?
aku gundah, semesta gundah
kalut tak berperi
jiwa negeri ini tidak lagi utuh
aku melihat kita telah berganti rupa